Di belahan dunia lain tepatnya Amerika Serikat saat ini tengah mengalami kericuhan tentang penunjukan presiden terbarunya. Donald Trump dinyatakan kalah dalam memenangkan suara rakyat untuk menunjuknya sebagai presiden kembali pada periode 2021 sampai kedepannya. Sedangkan rivalnya sebagai calon presiden selanjutnya yaitu Joe Biden, tengah menunggu waktu pelantikan yang akan diadakan pada tanggal 20 Januari nanti. Joe Biden tertahan melakukan pelantikan akibat covid-19 yang tengah meradang pada negara maju tersebut.
Beberapa sumber mengatakan bahwa saat ini Donald Trump tengah meramaikan Twitter akibat cuitannya yang cukup menarik. Pasalnya mantan presiden Amerika yang terkenal akan perjudiannya seperti sbobet tersebut menyatakan tidak akan hadir pada pelantikan Biden. Wakil sekertaris Pers Pence, devin O’Malley mengomentari ciutan tersebut dengan mengatakan bagaimana Trump akan datang jika ia tidak mendapat undangan?
Donald Trump Mengaku Kalah Dari Joe Biden
Masa jabatan dari Trump yang saat ini masih memiliki panggilan Presiden ini memang akan berakhir, meskipun sebelumnya sangat sulit baginya untuk mengaku kalah. Sampai saat Capitol mengalami kerusuhan ia akhirnya pun mengakui bahwa dirinya telah kalah oleh Biden dan bersiap untuk mengampuni dirinya sendiri dari adanya pragmatic.sg-host.com. Tragedi kerusuhan di Capitol mengambil 5 nyawa yang merupakan 1 polisi dan 4 pendukung Trump.
Pengampunan yang kabarnya akan ia lakukan sebelum pelantikan Biden. Para pakar mengatakan bahwa sebenarnya pengampunan yang Trump maksud adalah segala macam bentuk pelanggaran politik dan hukum yang ia buat bonus slot terbaru. Jadi dalam kata lain Trump ingin memanfaatkan masa jabatannya yang tersisa untuk membersihkan namanya sendiri. Hal ini mencuat ketika Trup diduga meminta bantuan dari Rusia untuk memenangkan Pilpres AS 2016 lalu.
Trump diakui tidak pernah tersangkut kasus apapun karena adanya Memorandum Kementrian Hukum 1937 yang membuat dirinya kebal hukum bermain game di daftar sbobet. Dalam kata lain dirinya masih lebih tinggi daripada sebuah hukum. Sedangkan seorang Dosen Senior dari sebuah Universitas Yale Asha Rangappa mengatakan bahwa yang Trup lakukan saat ini adalah mengancam serta menantang legitimasi hukum di Amerika Serikat. Sehingga tindakan dalam “self-pardon” ini merupakan tindakan boomerang yang cukup berbahaya.